Berkenalan dengan Organisasi Tunarungu GERKATIN Kota Bandung, Yuk!
Organisasi dan pergerakan disabilitas semakin menjamur di berbagai daerah di Indonesia. Beberapa dekade ini, isu disabilitas bukan lagi isu minoritas di kalangan tertentu saja, namun sudah mulai mencuat masuk ke dalam beberapa lapisan masyarakat.
Banyak pergerakan yang dimulai dari disabilitas itu sendiri. Mulai dari disabilitas dan non-disabilitas, sampai pergerakan yang diinisasi masyarakat non-disabilitas yang memiliki visi untuk memanusiakan manusia.
Salah satu organisasi yang menyangkut dengan isu disabilitas adalah GERKATIN (Gerakan Untuk Kesejahteraan Tunarungu Indonesia), yang berlokasi di Kota Bandung, Jawa Barat.
Sejarah GERKATIN
Sejak tahun 1960-an, para penyandang tunarungu alumni SLB-B Bandung dan Wonosobo mempelopori berdirinya perkumpulan tuna rungu di Bandung. Saat itu jumlah anggotanya masih relatif sedikit, karena sedikitnya pula penyandang tuna rungu yang bersekolah.
Pada mulanya, nama perkumpulan ini disebut AMKTRI (Angkatan Muda Kaum Tuli Indonesia) yang berlokasi di Bandung. Kemudian pada tahun 1966 namanya diganti menjadi GERKATIN (Gerakan Kaum Tuli Indonesia) di Bandung dan Jakarta. Kemudian muncul perkumpulan tunarungu yang lain di beberapa kota besar, seperti Persatuan Tunarungu Yogyakarta (PERTRY) yang didirikan tahun 1974, yang kemudian pada tahun 1980 diganti menjadi Perhimpunan Tunarungu Indonesia (PERTRI). Di Semarang, pada tahun 1976 dibangun Persatuan Tuna Rungu Semarang (PTRS), dan pada tahun 1979 didirikan Persatuan Kaum Tunarungu (PEKATUR) yang berada di Semarang, hingga menyebar ke berbagai daerah di nusantara.
Ketiadaan akses/sarana komunikasi bagi penyandang tunarungu, menyebabkan mereka tidak tahu kehadiran perkumpulan ini. Bagi para penyandang tunarungu yang hanya berbekal ijazah SLB-B, mereka tidak diperkenankan melanjutkan sekolah umum, dan imbasnya mereka kesulitan untuk memperoleh pekerjaan yang layak karena faktor kecacatannya.
Awal Tantangan Terbesar
Hal inilah yang menjadi tantangan terbesar bagi mereka, yang harus dihadapi dengan penuh keberanian. Dalam dunia yang ‘sunyi’, para tunarungu berjuang melawan kebodohan, keterbelakangan, kemiskinan dalam persaingan keras di tengah masyarakat yang majemuk dan berlapis-lapis status sosialnya. Ruang gerak mereka sangat terbatas dan sempit, sehingga para tunarunggu merasa ‘terpinggir’. Dengan susah payah bertatih-tatih menggeluti pendidikan hinga berhasil menggapai gelar sarjana.
Hingga saat ini, telah berkembang pesat alumni SLB-B di Indonesia yang telah mampu mengenyam pendidikan terpadu di sekolah menengah umum dan perguruan tinggi. Namun itu belum cukup karena mereka itu pada umumnya berasal dari keluarga golongan menengah ke atas, sementara golongan miskin sulit bersaing karena, ditambah lagi aksebilitas komunikasi di negeri ini terasa kurang memadai.
Demi tercapai cita-cita perjuangan dan persatuan tunarungu Indonesia, pada tanggal 21- 23 Februari 1981 diadakan KONGRES NASIONAL I, yang bertepatan tahun cacat internasional dengan agenda utama, diantaranya mempersatukan perkumpulan tunarungu dalam satu nama, satu lambang dan satu wadah tingkat nasional.
Maka tiada lagi nama perkumpulan tunarungu bersifat kedaerahannya. Adapun keputusan kongres nasional I, sebagai berikut:
- Nama organisasi baru: gerakan untuk kesejahteraan tunarungu Indonesia (GERKATIN)
- GERKATIN pusat bertempat di ibu kota RI. Pendiri organisasi baru GERKATIN adalah 4 (empat) perkumpulan tunarungu Bandung, Jakarta, Yogyakarta dan Surabaya. Perkumpulan-perkumpulan itu secara otomatis adalah GERKATIN Cabang tingkat propinsi. GERKATIN adalah organisasi tunarungu tingkat nasional di Indonesia, berasas Pancasila, berlandaskan UUD 1945 dan tidak terikat organisasi politik apapun.
Visi dan Misi
Visi:
Dalam dunia kesunyian dan keterbatasan ruang gerak karena penderitaan cacat ketulian, melalui organisasi Gerkatin, para anggota tunarungu berjuang melawan kebodohan, kemiskinan, keterbelakangan, serta ketertinggalan dalam perkembangan yang terjadi di tengah masyarakat umum untuk menjadi manusia yang mandiri serta berguna bagi nusa dan bangsa Indonesia.
Misi:
- Meningkatkan kesejahteraan sosial penyandang tunarungu wicara.
- Menggali potensi dan meningkatkan SDM tunarungu sebagai subyek pembangun.
- Memperkuatkan jaringan kerja sama dengan bada sosial yang menangani penyandang tunarungu baik di dalam negeri maupun luar negeri.
- Berperan aktif sebagai mitra pemerintah Indonesia dalam program pengembangan kesejahteraan sosial tunarungu wicara di negeri Indonesia. “ Mengembangkan kemandirian selaku WNI yang bertanggung jawab.
- Menghimpun penyandang tunarungu wicara se-Indonesia tanpa pandang tingkat pendidikannya.
- Sebagai mitra kerja pemerintah Indonesia dan badan sosial yang menangani kesejahteraan sosial khusus tunarungu wicara.
- Sebagai wadah komunikasi horizontal bagi seluruh anggota guna memperoleh pertukaran informasi dan pengalaman.
- Sebagai sarana pendidikan mentalitas bagi seluruh anggota dan pengurus tunarungu dalam kegiatan berorganisasi.
Sampai saat ini, GERKATIN ini semakin mengepakkan sayapnya. Kegiatan yang muncul di tengah masyarakat yaitu pelatihan dan sosialisasi bahasa isyarat, pelatihan bahasa isyarat di CFD (Car Free Day), maupun pelatihan bahasa isyarat di sekretariat gerkatin dan lain sebagainya.
Kegiatan pelatihan dan sosialisasi bahasa isyarat adalah bagian dari kegiatan untuk mengedukasi masyarakat mengenai keberadaan tunarungu di dalam masyarakat. Selain itu juga sebagai upaya pergaulan dan kegiatan berinteraksi dengan masyarakat luas, sebagai wahana yang mensosialisasikan bahasa isyarat sebagai komunikasi bagi tunarungu, serta sebagai upaya penjaringan masyarakat yang tertarik dalam belajar bahasa isyarat sehingga kedepan mampu menjadi penerjemah tunarungu dalam beberapa kegiatan seminar.
Artikel ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Kompetensi ICT “Publisitas PR (Blog)” oleh:
- Erik Wirawan (NIM 41817221)
- Febrizia Ananda Putri (NIM 41817089)
- Arkani Adila (NIM 41817006)
- Rida Ayu Pratami (NIM 41817021)
Kelas IK-Humas 4